Sunday, August 24, 2008

Kejora (cerpen buatan ku)

Hai! Perkenalkan, namaku Karina biasa di panggil Ina. Aku sekarang berumur 12 tahun, siswi kelas 6. Di keluargaku aku anak pertama dari dua bersaudara. Aku lumayan tinggi untuk anak seumurku (aku jarang mengukur tinggi).

Pagi ini setelah siap-siap sekolah aku menuju dapur untuk makan pagi. Disana ada Bapak dan ibuku. “dimana ora?” Tanyaku menyebut nama adikku. “masih tidur…” jawab Bapak. “kenapa tidak di bangunkan?” tanyaku lagi. Air muka bapak berubah dan tanpa di suruh aku langsung duduk dan menutup mulutku. “Bapak sedang memakai baju baru dan nanti akan ada tamu jadi tidak sempat ganti baju.” Bisik ibuku. Aku mengerti maksudnya. Adikku suka menumpahkan makanan bahkan sekali pernah menjatuhkan meja dengan sarapan di atasnya.

Ibu beranjak dari meja makan dengan membawa sarapan adikku. Ibu akan membangunkan adiku. “buu tungguu!” kataku dengan mulut penuh. Aku juga ingin bertemu adikku tapi makananku belum habis. Tapi ibu sudah masuk kamar Ora.

Tok tok tok. Aku mengetok pintu kamar adik ku. “masuk!” kata ibuku. Aku pun masuk. Aku melihat adik ku sedang makan di tempat tidurnya. Adikku Kejora atau Ora yang empat tahun lebih muda dariku dan terlahir buta. ‘Assalamualaikum, ola Ora!” sapaku. Setelah mendengar suara ku Ora berdiri dan memelukku.

Ora, adikku, sekarang berumur 8 tahun. Dia selalu terlihat gembira dengan senyuman khas dengan mata nya yang besar (tapi tidak berfungsi) menyipit seolah ikut tersenyum. Bahkan sehabis bapak marahi dia hanya terlihat kaget tidak mengerti dan kembali tersenyum. Dia berpostur agak merunduk kedepan. Tingginya kira-kira sebahuku. Rambut nya yang hitam pekat, sedikit bergelombang dan panjang nya sebahu selalu terlihat rapih di kuncir dua ke bawah oleh ibuku, tidak seperti punyaku yang lurus, sedikit coklat karena sinar matahari dan pendek.

Saat pertama kali melihat Ora aku sedikit kecewa karena merasa mempunyai adik yang kurang sempurna. Tapi setelah melihat mukanya yang polos yang di sertai senyuman manisnya aku sedikit merasa iba dan merasa bahwa dia membutuhkan ku dan mungkin dia akan menjadi teman yang baik walaupun dia buta. Ternyata benar, sekarang Ora adalah teman terbaikku dan bahkan kadang aku lupa bahwa dia tidak bisa melihat.

Aku membelai kepala adik ku. “kakak sekolah dulu ya!” bisik ku di telinga adikku. Aku tahu adik ku gak akan mengerti tapi gak ada salah nya kan kalau aku pamit? Aku bergegas ke pintu tapi Bapak menhalangiku. “Bapak tahu kamu harus ke sekolah tapi kenalan sama teman-teman Bapak ya!” aku tidak bisa menolak dan seperti biasa kenalan itu adalah memajangkan aku di depan tamu dan diam selama Bapak menurunkan satu-persatu piagam dan penghargaan yang aku terima dan juga rapotku hingga aku terlambat kesekolah.

Berbeda denganku, bapakku sangat menyesali kelahiran Kejora. Dia merasa mimpi nya mempunyai dua anak perempuan yang berprestasi dan akan membuat nya bangga seperti dipatahkan karena dia merasa Ora tidak bisa apa-apa. Jadi Ora selalu di sembunyikan seperti sebuah Aib .tapi sebaliknya aku terlalu di banggakan nya seperti tinggal aku harapannya.
Tapi itu tidak benar! Ora memiliki otak yang cepat, karena aku pernah mencoba mengajarinya merajut dan aku benar-benar terkejut dengan cara nya belajar, dan dalam sekejap Ora sudah bisa melakukannya. Tapi aku belum sempat memberitahu bapak.

Hari di sekolah sangat menyebalkan! Aku di hukum karena terlambat sekolah. Lalu aku dapat nilai lima dalam ujian Matematika. Bapak pasti marah. Aku nggak tahu kenapa bisa begitu biasanya aku selalu dapat nilai yang tinggi.
Pulang sekolah aku masuk ke rumah lewat pintu belakang. Tanpa sengaja aku mendengar pembicaraan orang tuaku di kamar.
“Bapak jangan terlalu yakin! Pikirkan dulu deh.”
ada suara ibu.
“iya! Bapak sudah yakin! Ora akan dikirim ke panti asuhan!”
suara Bapak sepertinya agak risih karena ibu tidak setuju.
“pikirkan deh bu! Kejora hanya merepotkan saja, kita masih ada Karina yang Harus kita urus.”
Aku kaget sekali. Aku langsung berharap ibu tidak setuju dan berkata sesuatu. Tapi tidaaaak, ibu terlalu takut pada Bapak, ibu hanya bisa menangis walaupun sebenarnya Ibu sangat menyayangi Ora. Tiba-tiba ibuku berlari keluar kamar, membanting pintu dan lalu bersandar ke dinding sambil menangis.

Aku tidak percaya! Kita akan kehilangan Ora, dan yang Ibu lakukan hanya menangis! Rasanya aku dipenuhi oleh emosi. Ibu yang baru melihatku menghampiriku dengan mata sembab. Seperti nya banyak sekali yang ingin ibu sampaikan tapi tidak memberikan kesempatan untuk ibu berbicara. Tanpa bisa menahan aku beteriak “MENJAUH!!....”Aku langsung menutup mulutku dan berlari ke kamar adik ku. Dan ibupun menangis lagi.

Ku ketuk perlahan pintu kamar Ora. “Bruuk” ada suara dari dalam kamar. Sepertinya adik ku jatuh dari kasur karena kaget. Aku membuka pintu. Ternyata betul Ora jatuh dari tempat tidurnya. Emosiku mulai menghilang, akupun tertawa kecil lalu membantu Ora berdiri.

Kita berdua duduk di kasur Ora. Ora memperlihatkan hasil rajutannya. Dia memberikanku sebuah saputangan rajutan nya. Saputangan itu berpola bunga-bunga. Mungkin saputangan itu tidak begitu rapih tapi menurutku itu saputangan paling bagus yang pernah kulihat. Tiba-tiba Ora bersuara, “Iiiinnnaaa…” katanya terbata-bata. Aku hanya diam dengan mulut terbuka. Ternyata Ora belum selesai, “…Ooollla” katanya lagi.

Aku benar-benar tidak tahan lagi, emosiku yang tadi sudah mereda kembali lagi, aku menangis. Ora adalah teman baikku. Seharus nya aku bangga bahwa Ora bisa menyebut namaku, tapi itu akan terakhir kalinya aku mendengar suara Ora. Lalu aku mengajak Ora ke dekat jendela kamarnya. Tanpa sadar aku bernyanyi,

Ku pandang langit
Penuh bintang bertaburan
Berkelap-kelip seumpama
Bintang berlian
Tampak sebuah lebih terang cahayanya
Itulah bintangku bintang
Kejora yang indah selalu

Ora tertawa kecil, sepertinya dia menyukai lagu itu. Dia tersenyum dengan senyum khas nya. Dia menarik bajuku. Banyak sekali yang ingin kusampaikan ke dia tapi tidak terucap satu kata pun. Aku melihat ke saputangan pemberian Ora, tiba-tiba aku mendapatkan ide. Aku langsung mengambil alat rajut Ora.

“tok tok tok” tiba-tiba ada yang mengetok pintu kamar. aku segera ingin membukanya tapi adikku menahanku. Dia ingin memperlihatkan bahwa dia sudah tahu jalan ke pintu. Dia berjalan tapi di langsung terburu-buru dan tersandung sesuatu. “bruuk” dia jatuh. Aku hanya tertawa kecil dan membantunya berdiri.

Setelah adikku berdiri dia langsung berlari ke pintu dan membukanya. Ada ibuku. “tadi Ina dengar pembicaraan kita ya?” kata ibuku. Aku mengalihkan pendanganku dan mengangguk pelan. “Maafkan ibu…” Isak ibu. “Ibu nggak bisa melawan bapak” kata ibu lagi dengan suara memelas. Aku merasa iba dan bersalah karena telah emosi. Aku langsung berlari dan memeluk ibu. Ora berjalan dengan hati-hati dan ikut memeluk ibu. Kami (aku dan ibu) mulai mengepak barang-barang Ora. Ora hanya duduk diatas kasurnya.

Malam itu juga kami sekeluarga keluar untuk mengantarkan Ora. Aku memberi isyarat ke Ora (dalam bahasa kita) bahwa dia akan pergi. Dia hanya mengangguk dan tersenyum. Dia belum mengerti bahwa kita tidak akan bertemu lagi. ada seseorang yang menjemputnya. Bapak berbohong pada nya bahwa Kejora bukan anaknya. Aku sudah tidak bisa menangis lagi air mataku sudah habis. Aku hanya tersenyum sedih.

Aku dan ibu bergantian memeluk Ora. Dia meraba mukaku dan ibu. Lalu dia meraba Bapak. Langsung Bapak dengan kasar menjatuhkan tangan Kejora. Tapi Kejora tersenyum dan mengambil tangan Bapak. Ora memberikan saputangan yang tadi dengan bantuanku dibuatnya untuk Bapak. Itu ide ku untuk membuat saputangan untuk bapak. Bapak terlihat sangat kaget. Saputangan itu bergambar hati lalu di bawah nya ada tulisan “KEJORA”.

Lalu adikku meraba jalan keluar gang dengan dibantu orang yang menjemputnya dan memasuki mobil yang lalu melaju. Bapak diam. Tubuhnya bergetar menatap mobil yang ditumpangi Kejora seperti telah kehilangan sesuatu yang berharga. Aku tersenyum sambil menangis tanpa suara sambil menatap langit. Salah satu bintang yang berkelap-kelip itu ada bintang Kejora yang istimewa dengan caranya sendiri.

1 comment:

ima az said...

Nisaa, cerpennya bagus sekali... hayoo diorbitkan dari bumi kelangit tempat bintang kejora berada (ngga nyambung ya???!!) ;p